KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA LAHAN KRITIS

 

Berbagai langkah konservasi lahan kritis telah dilakukan pemerintah antara lain dengan reboisasi dan penghijauan. Tetapi keberhasilan program reboisasi baru sekitar 68% sedangkan penghijauan hanya 21%. Hal ini terjadi karena tiga kemungkinan yaitu kurang tepatnya teknologi yang diterapkan, kondisi lahan kurang dipelajari secara cermat dan tidak diterapkannya teknologi secara sepenuhnya.

Paradigma pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi telah memacu pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan sehingga eksploitasi sumberdaya alam semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan manusia. Akibatnya sumberdaya alam semakin langka dan menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan telah menyebabkan kondisi tanah menjadi kritis (rusak).

Data pusat penelitian tanah dan agroklimat menyebutkan pada tahun 2005 terdapat lahan kritis yang mencapai luasan 52,5 hektar. Lahan kritis sebagian besar terdapat di hulu DAS yang bentuk wilayahnya berbukit dengan curah hujan sangat tinggi sehingga dalam pemanfaatannya harus berhati-hati karena dengan kondisi seperti itu dapat memicu erosi yang berakibat pada degradasi lahan. Lahan kering umumnya menjadikan air sebagai faktor pembatas yang utama dalam pengelolaannya, oleh karena itu ketersediaan air menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaaan lahan kritis.

Untuk dapat menjamin adanya ketersediaan air baik dimusim penghujan dan musim kemarau diperlukan teknologi yang applicable dan hemat biaya karena pada umumnya petani lahan kering hidup dalam garis kemiskinan. Beberapa penelitian konservasi air dan lahan kritis telah dilakukan dan diujicoba untuk dapat memaksimalkan simpanan air hujan dan mengoptimalkan manfaat sumberdaya air terutama pada musim kemarau.

Dalam tulisan ini akan diuraikan dua metode konservasi lahan kritis yang mungkin lebih baik dari pada membuka hutan jika ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi dan perbaikan produktivitas.

  1. METODE VEGETATIF

Metode vegetatif yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, penutupan lahan oleh seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.

Metode vegetatif juga memiliki manfaat dari segi vegetasi tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat menambah pendapatan petani.

Aplikasi Metode Vegetatif :

Sistem Pertanaman Lorong

Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong diantara barisan tanaman pagar. Sistem ini sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama unsur N untuk tanaman lorong. Teknologi budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi lahan kritis untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kritis/kering di daerah tropika basah namun belum diterapkan secara luas oleh petani.

Pada budidaya lorong konvensional tanaman pertanian ditanam pada lorong-lorong diantara barisan tanaman pagar yang ditanam menurut kontur. Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan aliran permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya, sedangkan akarnya yang dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam untuk kemudian dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar.

Sistem Pertanaman Strip Rumput

Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang seling agar rumput dapat tumbuh baik dan usahakan penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah antara barisan tanaman pokok.

Tanaman Penutup Tanah

Tanaman ini merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Manfaat tanaman penutup antara lain untuk menahan atau mengurangi daya perusak bulir-bulir hujan yang jatuh dan aliran air diatas permukaan tanah, menambah bahan organik tanah (melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh), serta berperan melakukan transpirasi yang mengurangi kandungan air tanah.

Peranan tanaman penutup tanah adalah mengurangi kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi.

Penyiangan intensif dapat menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah. Untuk menghindari persaingan antara tanaman penutup tanah dengan tanaman pokok pada konservasi lahan kritis dengan teknik ini dapat dilakukan dengan penyiangan melingkar (ring weeding). Tanaman penutup tanah yang digunakan dan sesuai untuk sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat diantaranya harus mudah diperbanyak (sebaiknya dengan biji), memiliki sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok tetapi memiliki sifat mengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, toleransi terhadap pemangkasan, resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah dan tidak memiliki sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti berduri atau sulur yang membelit.

Empat jenis tanaman penutup yang dapat digunakan yaitu : (a) jenis merambat (rendah), contoh ; Colopogonium moconoidesCentrosome spAgeratum conizoidesPueraria sp, (b) jenis perdu/semak (sedang) contoh ; Crotalaria spAcasia vilosa, (c) jenis pohon (tinggi) contoh ; Leucaena leucephala (lamtorogung), Leucaena glauca (latoro lokal), Ablizia falcataria, (d) jenis kacang-kacangan contoh Vigna sinensisDolichos lablab (komak).

Mulsa

Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa tanaman, lembaran plastik dan batu. Mulsa sisa tanaman terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2 s/d 5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

Pada sistem agribisnis yang intensif dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi sering digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah, menekan hama penyakit dan gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi tanaman. Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa digunakan sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat dengan ukuran batu berkisar antara 2 s/d 10 cm.

Dalam pedoman praktek konservasi tanah dan air lahan kritis BP2TPDAS-IBB ditunjukan peranan yang signifikan dari mulsa terhadap aliran permukaan, infiltrasi dan erosi pada lahan dengan kemiringan 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Thamrin dan Hanafi (1992) juga menunjukkan bahwa pemberian mulsa seresah tanaman dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan sehingga kebutuhan tanaman akan lengas tanah terutama musim kering dapat terjamin. Selain itu pemberian mulsa seresah juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah.

Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape)

Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik konservasi lahan kritis seperti ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman sehingga air dapat dihemat.

Penyesuaian Jenis Tanaman Dengan Karakteristik Wilayah

Teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi dimasing-masing daerah. Sebagai contoh tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan. Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkemiringan tinggi penanaman tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.

Penentuan Pola Tanam Yang Tepat

Baik untuk areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi devisit air pada musim kemarau. Hasil penelitian Gomez (1983) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola tanam yang optimal.

  1. METODE SIPIL TEKNIS

Metode sipil teknis yaitu suatu metode konservasi lahan kritis dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (top soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi lahan kritis dengan metode sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan konservasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras dan saluran air (saluran pembuangan air, terjunan dan rorak).

Aplikasi Metode Pendekatan Sipil Teknis

Pembuatan Teras Pada Lahan Dengan Lereng Yang Curam

Pembuatan teras dilakukan jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 8%. Namun demikian budidaya tanaman semusim sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah antara lain : teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA dan hillside ditches.

Pembuatan Guludan

Guludan adalah suatu sistem konservasi lahan kritis dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengatasi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong. Selain itu juga bermanfaat untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah, memperlambat limpasan air pada saluran peresapan dan sebagai pengumpul tanah yang tererosi sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah. Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan. Umumnya rorak dibuat dengan ukuran panjang 1-2 meter, lebar 0,3-0,4 meter dan dalam 0,4-0,5 meter. Jarak antar rorak dalam kontur adalah 2-3 meter dan jarak antara rorak bagian atas dengan rorak di bawahnya 3-5 meter.

Wind Break

Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi). Kombinasi tanaman dengan tajuk berbeda sangat mendukung metode ini. Pola stage bouw (tajuk bertingkat) seperti di pekarangan tradisional adalah contoh yang baik untuk diterapkan.

Pemanenan Air Hujan

Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan air hujan pada musim penghujan dan untuk dapat digunakan pada musim kemarau. Beberapa teknik pemanenan air hujan yang telah dilakukan dibeberapa Negara yang beriklim kering adalah bangunan teras, penanaman searah kontur, DAM, tadah hujan, kanal, waduk, mata air galian dangkal dan berlubang serta irigasi pompa kecil dan wadi bank.

Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia antara lain embung dan chanel reservoir. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di lahan sawah tadah hujan berdrainase baik. Embung sangat tepat diterapkan pada kelerengan 0-30% dengan curah hujan 500-1000 mm/tahun, bermanfaat untuk menyediakan air pada musim kemarau. Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan mudah embung hendaknya dibangun dekat dengan saluran air dan pada lahan dengan kemiringan 5-30%. Tanah bertekstur liat atau lempung sangat cocok untuk pembuatan embung. Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah.

Dam Parit

Dam parit adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi dan sedimentasi.

Keunggulan dam parit yaitu dapat menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air disaluran air/parit, tidak menggunakan areal atau lahan pertanian yang produktif, mengairi lahan cukup luas karena dibangun berseri diseluruh daerah aliran sungai (DAS), menurunkan kecepatan aliran permukaan sehingga mengurangi erosi dan hilangnya lapisan tanah atas yang subur serta sedimentasi, memberikan kesempatan agar air meresap kedalam tanah di seluruh wilayah DAS sehingga mengurangi resiko kekeringan pada musim kemarau dan pembuatannya lebih murah sehingga dapat dijangkau petani.

Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, mencegah banjir, kekeringan dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi dan keinginan petani.

Hal terakhir ini sering dilupakan oleh para pengelola lahan kering. Petani berhak memilih teknik konservasi air yang paling dapat diterima dan menguntungkan di mata petani. Akomodasi kepentingan dan keinginan petani ini akan dapat lebih menjamin kelangsungan pengembangan lahan kritis. Untuk dapat melakukan hal tersebut pemberdayaan petani menjadi salah satu prioritas utama bersamaan dengan penerapan teknik konservasi air.

Dengan adanya teknologi konservasi lahan kritis ini memungkinkan adanya usaha tani konservasi sehingga akan lebih mendukung program ketahan pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan petani. Manfaat utama pertanian konservasi dibandingkan dengan teknik pertanian lain yaitu input tenaga kerja yang rendah dan penggunaan proses ekologis alamiah secara efektif. Pertanian konservasi memanfaatkan proses ekologis alami untuk mempertahankan kelembaban, meningkatkan kesuburan tanah, memperkuat struktur tanah dan mengurangi erosi serta keberadaan hama penyakit. Hal itu dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan meminimalkan gangguan pada tanah, menyimpan sisa tanaman dan rotasi tanaman.

Pertanian konservasi sangat sedikit mengganggu tanah melainkan memberi kesempatan flora dan fauna tanah yang ada untuk tumbuh subur secara alami. Flora dan fauna tanah tersebut akan membusukkan sisa tanaman yang dijadikan penutup tanah oleh petani sehingga akan menambah nutrisi pada tanah dan meningkatkan struktur humus tanah. Selain itu pertanian konservasi mampu memanfaatkan hujan dengan lebih baik sebab tanah yang ditutupi oleh sisa tanaman akan menyerap lebih banyak air hujan dan mengalami lebih sedikit penguapan. Saat curah hujan rendah lahan akan menangkap kelembaban yang ada di udara. Penutupan lahan juga mengurangi kikisan air yang jika dipadukan dengan struktur tanah yang telah diolah akan mampu mengurangi erosi tanah dari air dan angin.

Akhirnya rotasi tanaman mendapatkan keuntungan dari proses ekologis alamiah melalui kacaunya siklus hama penyakit dan pemakaian tanaman polong-polongan untuk mengikat nitrogen di dalam tanah. Dalam jangka panjang pertanian konservasi yang memanfaatkan proses ekologis alami akan mengurangi pemakaian pupuk dan pestisida oleh petani sehingga mengurangi penggunaan input dari luar.

Adanya keterpaduan kegiatan yang mencakup aspek biofisik, sosial ekonomi, kelembagaan dan keinginan petani maka konservasi air dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengembangan lahan kritis/kering sebagai upaya pendukung gerakan nasional kemitraan penyelamatan air dan konservasi lahan kritis.

NUTRISI TANAMAN DAN PENGAPURAN

Definisi Nutrisi dan Pemupukan

Nutrisi atau disebut juga unsur hara dalam dunia pertanaman, yang terdiri dari enam belas unsur diklasifikasikan essensial (penting) untuk seluruh tanaman, yang digolongkan makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Fe) sesuai kebutuhan dari tanaman. Nutrisi disini lebih diartikan kepada kandungan hara yang sudah ada didalam tanah. Ketiga unsur C, H, O yang diperoleh dari udara atau air, menyusun sekitar 95% tubuh tanaman. Unsur mineral diperoleh dari pelapukan mineral tanah primer dan sekunder, dari biodegradasi bahan organik dan dari gas – gas di atmosfer. Nutrisi tanaman mengalami daur ulang dalam batas – batas bahwa bahan penyusun tanaman tersebut kembali ke tanah.

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik dan atau non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.

 

NUTRISI TANAMAN DAN PEMUPUKAN

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik dan atau non-organik (mineral).

Tanaman dapat mengadsorpsi nutrisi baik melalui akar, batang dan daun. Serapan melalui akar tanaman dapat dilakukan apabila nutrisi terdapat di permukaan akar. Pergerakan hara ke permukaan akar melalui tiga cara, seperti :

  1. Intersepsi akar, merupakan mekanisme pertukaran langsung antara hara dengan akar. Dengan demikian, semakin banyak akar yang bersentuhan dengan hara, semakin banyak hara yang dapat diserap oleh akar.
  2. Aliran massa, mekanisme air yang bergerak ke akar tanaman akibat transpirasi. Pada saat yang bersamaan ikut terangkut ion yang larut dari daerah yang jauh ke daerah yang terjangkau akar.
  3. Difusi, mekanisme ini terjadi akibat selisih konsentrasi yang terjadi disekitar akar, selanjutnya hara di sekitar akan berdifusi ke daerah sekitar akar melalui selaput air.

Macam – Macam Pupuk

Pada umumnya, pupuk biasa dikelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya. Macam pembagian pupuk sebagai berikut :

  1. Pupuk berdasarkan sumber bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk :

  1. Pupuk Organikatau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa – sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, yang dapat dibagi menjadi ; pupuk kandang, pupuk hijau ; pupuk kompos ; guano.
  2. Pupuk Kimiaatau pupuk buatan. Pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan – bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih “murni” daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
  3. Pupuk berdasarkan bentuk fisik

Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi :

  1. Pupuk padat. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal.
  2. Pupuk cair. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
  3. Pupuk berdasarkan kandungannya

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan, yaitu :

  1. Pupuk tunggal. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,
  2. Pupuk majemuk. Pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro(micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.

Pupuk Organik

Pupuk organik mencakup semua bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman, sepertikotoran hewankotoran cacingkomposrumput lautguano, dan bubuk tulang. Kotoran hewan merupakan limbah yang seringkali menjadi masalah lingkungan, sehingga penggunaan kotoran hewan sebagai pupuk dapat menguntungkan secara lingkungan dan pertanian. Tulang hewan sisa penyembelihan hewan bisa dijadikan bubuk tulang yang kaya kandungan fosfat.

Manfaat pupuk organik

Pupuk organik diketahui mampu meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian dan produktivitas tanah secara jangka panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana kembalinya atau daur ulang karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamurmikoriza yang membantu tanaman menyerap nutrisi, dan dapat mengurangi input pupuk.

Kerugian pupuk organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk tidak berupa unsur ataupun molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara langsung bagi tanaman sehingga membutuhkan waktu lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang merugikan tanaman.

Sumber pupuk organik

Urea dari kotoran hewan (dan juga manusia) dapat digunakan untuk menjadi sumber pupuk organik. Sebuah firma di Belanda telah mampu mengubah urin manusia menjadi struvite yang dapat digunakan sebagai pupuk. Namun limbah perkotaan yang kemungkinan telah tercampur obat – obatan, polusihormon buatan, logam beratplastik, dan sebagainya tidak dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk untuk digunakan pada usaha pertanian organik.

Penelitian yang dilakukan oleh Agricultural Research Service (ARS) menunjukan bahwa kotoran ayam dapat menjadikan kondisi tanah lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. ARS melakukan studi tersebut kepada perkebunan kapas dan menemukan bahwa kapas menghasilkan 12% lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. ARS juga memperkirakan harga kotoran ayam saat ini hanya $17 per ton, jauh lebih murah dibandingkan dengan jumlah manfaat yang dapat disediakan pupuk anorganik pada kemampuan pengkondisian tanah yang setara yang sebesar $78 per ton. Tepung tulangtepung darahtepung ikan, dan emulsi ikan juga dapat digunakan sebagai pupuk.

Tumbuhan

Tanaman penutup legum (misal alfalfa) seringkali ditumbuhkan di sela – sela tanaman perkebunan untuk memperkaya tanah dengannitrogen melalui proses pengikatan nitrogen dari atmosfer dan memperkaya kandungan fosfor melalui mobilisasi nutrisi. Salah satu studi yang dilakukan ARS menemukan bahwa alga dapat digunakan untuk menangkap nitrogen dan fosfor yang dilepaskan lahan usaha tani ke lingkungan melalui aliran air permukaan (surface run off). Alga ini dapat digunakan untuk menyaring limbah pertanian, yang lalu dapat dikembalikan lagi ke tanah sebagai pupuk. Laju pelepasan nutrisinya setara dengan pupuk anorganik sehingga dapat digunakan pada pembibitan. Limbah industri kayu seperti serbuk gergaji dan kepingan kayu, juga dapat digunakan sebagai pupuk.

Pupuk Anorganik

Secara umum, tumbuhan hanya menyerap nutrisi yang diperlukan jika terdapat dalam bentuk senyawa kimia yang mudah terlarut. Nutrisi dari pupuk organik hanya dilepaskan ke tanah melalui pelapukan yang dapat memakan waktu lama. Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan.

Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK dihitung denganpemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada suatu produk pupuk anorganik. Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan. Inilah yang menyebabkan mengapa pupuk organik harus diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pupuk anorganik.

Pupuk nitrogen dibuat dengan menggunakan proses Haber yang ditemukan pada tahun 1915. Proses ini menggunakan gas alam sebagai sumber hidrogen, dan gas nitrogen dari udara pada temperatur dan tekanan yang tinggi dengan bantuan katalis menghasilkanamonia sebagai produknya. Amonia dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk lainnya seperti amonium nitrat dan urea. Pupuk ini dapat dilarutkan terlebih dahulu dengan air. Sebelum ditemukannya proses Haber, mineral seperti natrium nitrat ditambang untuk dijadikan sumber pupuk nitrogen anorganik. Mineral ini masih ditambang sampai sekarang.

Proses lainnya dalam pembuatan pupuk organik adalah proses Odda yang disebut juga dengan proses nitrofosfatBebatuan fosfatdengan kadar fosfor hingga 20% dilarutkan ke asam nitrat untuk menghasilkan asam fosfat dan kalsium nitrat. Bebatuan fosfat juga bisa diproses menjadi mineral P2O5 dengan bantuan asam sulfat. Melalui tungku listrik, mineral fosfat juga bisa direduksi menjadi fosfat murni, namun proses ini sangat mahal.

Kalium secara komersial dapat ditemukan di berbagai tempat mulai dari bebatuan di dalam bumi hingga sedimen di dasar laut. Bebatuan yang mengandung kalium seringkali berada dalam bentuk kalium klorida yang juga ditemukan bersamaan dengan mineralnatrium klorida. Bebatuan yang mengandung kalium ditambang dengan bantuan air panas sehingga larut. Larutan ini diuapkan dengan bantuan sinar matahari. Senyawa amina digunakan untuk memisahkan KCl dengan NaCl.

Penggunaan pupuk organik secara komersial telah berkembang dan meningkat hingga 20 kali lipat dibandingkan 50 tahun yang lalu dengan jumlah konsumsi saat ini mencapai 100 juta ton nitrogen anorganik per tahun. Tanpa pupuk anorganik, diperkirakan sepertiga bahan pangan saat ini tidak dapat berproduksi. Penggunaan pupuk fosfat juga meningkat dari 9 juta ton (1960) menjadi 40 juta ton (2000). Setiap hektare tanaman jagung membutuhkan antara 30 hingga 50 kilogram pupuk fosfat, sedangkan kedelai membutuhkan 20 – 25kg. Yara International merupakan produsen pupuk nitrogen anorganik terbesar di dunia.

Penerapan

Pupuk anorganik digunakan di semua jenis tanaman pertanian dengan jumlah pemberian bergantung pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah saat ini. Misal tanaman pertanian jenis legum (seperti kedelai) tidak membutuhkan pupuk nitrogen anorganik sebanyak tanaman lain karena mampu mengikat nitrogen. Namun penerapan pupuk anorganik berlebih mampu menyebabkanpeningkatan keasaman tanah karena mineral yang tidak dimanfaatkan mampu bereaksi dengan air yang ada di tanah membentuk senyawa asam. Untuk mencegah hal ini, status nutrisi dari tanaman dan tanah perlu dinilai sebelum penerapan pupuk anorganik.

Berikut adalah kedua jenis unsur hara dan gejala – gejala yang biasa timbul, baik apabila kekurangan atau kelebihan unsur tersebut :

  1. Unsur Hara Makro

Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar.  Daftarnya adalah sebagai berikut :

  1. Nitrogen (N)

Unsur Nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman.  Nitrogen  memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Oleh karena itu, unsur Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif.  Bersama dengan unsurFosfor (P), Nitrogen ini digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Terdapat 2 bentuk Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Berdasarkan sejumlah penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman menjadi besar tetapi rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal dari amonium akan memperlambat pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga pasokan sedikit. Dengan demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga juga akan minimal. Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang dominan adalah Nitrogen bentuk Nitrat, maka sel – sel  tanaman akan kompak dan kuat sehingga lebih tahan penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk Nitrogen dari pupuk bisa dilihat dari kemasan.

Kekurangan Nitrogen

Ciri-ciri tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun bagian bawah. Daun pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil. Pada proses lebih lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah. Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.

Kelebihan Nitrogen

Kelebihan jumlah Nitrogen pun perlu diwaspadai.  Ciri-ciri tanaman apabila unsur N-nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun. Proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun.

  1. Fosfor atau Phosphor (P)

Unsur Fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA.  ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik dari tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik. Bersama dengan unsur Kalium, Fosfor dipakai untuk merangsang proses pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat tinggi ketika tanaman akan berbunga.

Kekurangan Phosphor (P)

Ciri-ciri dimulai dari daun tua menjadi keunguan dan cenderung kelabu. Tepi daun menjadi cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap. Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.

Kelebihan Phosphor (P)

Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) , tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman.

  1. Kalium (K)

Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur. Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab, sifat antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kendati demkian, pada beberapa kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium.

Kekurangan Kalium

Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun menggulung ke bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit.

Kelebihan Kalium

Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi.

  1. Magnesium (Mg)

Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil.  Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim diberbagai proses sintesis protein. Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri – ciri ini persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.

Kekurangan Magnesium

Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).

Kelebihan Magnesium

Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.

  1. Kalsium (Ca)

Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen yang menguatkan, dan mengatur daya tembus, serta merawat dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu, dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel, dan mengatur distribusi hasil fotosintesis.

Kekurangan Kalsium

Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun, mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium.

Kelebihan Kalsium

Kelebihan kalsium tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH tanah.

  1. Belerang atau Sulfur  (S)

Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai – rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa – senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman.

Kekurangan  Sulfur

Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya klorosis seperti tanaman kekurangan nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih nampak pada daun muda dengan warna daun yang menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di dalam tanaman (Haneklaus) dan Penurunan kandungan klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S . Kahat S menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlarut.

  1. Unsur Hara Mikro

Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil, tetapi amat penting untuk menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro, bunga adenium tidak tampil prima. Bunga akan lunglai. Unsur mikro itu, adalah : boron, besi, tembaga, mangan, seng dan molibdenum. Berikut selengkapnya :

  1. Boron (B)

Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan dan diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA, bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta.

Kekurangan Boron

Daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan mengkerut.

Kelebihan Boron

Ujung daun kuning dan mengalami nekrosis.

  1. Tembaga (Cu)

Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil, dan berperan dalam fungsi reproduksi.

Kekurangan Tembaga (Cu)

Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh kecil , pertumbuhan bunga terhambat.

Kelebihan Tembaga (Cu)

Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar terhambat , akar menebal dan berwarna gelap.

  1. Seng atau Zinc (Zn)

Hampir mirip dengan Mn dan Mg, sengat berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.

Kekurangan Seng (Zn)

Pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil, mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

Kelebihan Seng (Zn)

Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.

  1. Besi atau Ferro (Fe)

Besi berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi, sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu, maka Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.

Kekurangan Besi

Kekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan – potongan akar yang mati.

Kelebihan Besi

Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.

  1. Molibdenum (Mo)

Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.

Kekurangan Molibdenum

Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian menjalar ke daun muda.

Kelebihan Molibdenum

Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.

  1. Mangan (Mn)

Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah :

  • Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C,
  • Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua,
  • Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam – macam enzim.
  • Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
    Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Mangan

Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsur Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak – bercak warna keabu – abuan sampai kecoklatan dan garis – garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun. Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang – tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.

  • 1. Khlor (Cl)

Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.

Kekurangan Khlor

Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang – kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

  • 2. Natrium (Na)

Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K.

Kekurangan Natrium

Daun – daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.

  • 3. Cobalt (Co)

Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.

Kekurangan Cobalt

Mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen.

  • 4. Silicone (Si)

Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh jamur menyerang.

Kekurangan Silicon

Dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.

  • 5. Nikel (Ni)

Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah. Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi.

Kekurangan Nikel

Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.

Tabel 1. Bentuk unsur hara makro dalam tanah

Golongan I ; bentuk komplek dan tidak tersedia Golongan II ; bentuk sederhana mudah tersedia dan bentuk ion – ionnya
Nitrogen

Senyawa organik, protein, lain – lain bentuk kolloidal dan peka terhadap dekomposisi.

Garam Amonium

Garam Nitrit

Garam Nitrat

NH4+

NO2-

NO3-

Fosfor

Apatit, Ca, Fe dan Al – Fosfat. Senyawa organik, fitinasam nukleat dan lain – lain.

Ca, K, Mg, Fosfat. Senyawa P organik yang larut HPO4-2

H2PO4-

Kalium

Mineral felspat dan mika liat, alaminium silikat, ilit

K pada komplek adsorbsi, K-Sulfat dan lain – lain K+
Magnesium

Mineral mika, horblende, dolomit serpentin, liat aluminium silikat, montmorillonit

Mg pada komplek adsorbsi garam magnesium Mg+2
Belerang

Mineral pirit dan gypsum, bentuk organik, bentuk kolloidal dan peka terhadap dekomposisi.

Berbagai sulfit – sulfat dari Ca, K, Mg dan lain – lain SO3-2

SO4-2

 

Tabel 2. Bentuk unsur hara yang digunakan tanaman

Unsur Bentuk ion Unsur Bentuk ion
Nitrogen NH4+ ; NO2- ; NO3 Molibdenum MoO-2
Fosfor HPO4-2 ; H2PO4- Mangan Mn+2 ; Mn+4
Kalium K+ Tembaga Cu+ ; Cu+2
Kalsium Ca+2 Seng Zn+2
Magnesium Mg+2 Boron BO3-3
Belerang SO-2 ; SO-2 Chlor Cl-
Besi Fe+2 ; Fe+3 Air H+ ; OH-

 

Pengapuran

Tanah yang masam cukup potensial untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian, tetapi memerlukan pengapuran. Tujuan pengapuran adalah untuk menaikkan pH, meniadakan Al yang meracuni dan menyediakan Ca sebagai hara.

Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau MgO dan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100% melewati 20 mesh dan 50% melewati saringan 80 – 100 mesh. Pemberian kapur dapat menaikkan pH, kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, meningkatkan produksi.

Kebutuhan kapur untuk mencapai pH 6,0 adalah 2,1 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah. Untuk mencapai pH 5,5 adalah 1,5 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah. Untuk mencapai pH 5,2 adalah 1,2 ton CaCO3/Ha tiap 1 me Al-dd/ 100g tanah.

Nutrisi tanaman dan pemupukan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pengusahaan pertanian, khususnya budidaya. Nutrisi tanaman umumnya sudah tersedia di dalam media tumbuh, pada umumnya tanah. Akan tetapi, seiring pemanfaatan dari tanah oleh tanaman budidaya untuk mengejar produktivitas usaha pertanian lambat laun akan menyebabkan daya dukung tanah terhadap tanaman budidaya mengalami penurunan. Hal ini, diakibatkan oleh semakin berkurangnya unsur hara tersedia dari tanah untuk tanaman. Oleh karena itu, pemupukan atau penambahan unsur hara dari luar perlu dilakukan.

Pemupukan yang baik meliputi ; tepat waktu, tepat cara, tepat dosis, tepat jenis, tepat sasaran. Akan tetapi, yang terjadi di lapangan sering tidak demikian yang mengakibatkan produksi kurang maksimal. Pada umumnya, pengusaha pertanian lebih berminat dengan pupuk anorganik dari pada pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan berbagai alasan, antara lain : kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju pelepasan nutrisi pupuk organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik. Secara umum, keberadaan nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut ke antara molekul tanah, namun juga tidak lebih tersedia dalam wujud yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Kualitas pupuk organik dari kompos dan sumber lainnya dapat bervariasi dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya. Tanpa pengujian secara sampling terlebih dahulu, tingkat nutrisi yang akan diterima tanaman tidak bisa diketahui secara pasti.

Berdasarkan studi dari Universitas California, semua pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan laju pelepasan yang lambat (slow release fertliizer) sehingga tidak menyebabkan memar (burn) pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk organik berlebih. Gejala burn merupakan gejala umum yang ditemukan pada tanaman ketika pemberian pupuk kimia dilakukan secara berlebihan.

Masalah Lingkungan Akibat Penerapan Pupuk Anorganik

Dampak negatif dari penerapan pupuk anorganik secara jangka panjang, seperti :

1.Polusi air

Nutrisi pada pupuk anorganik, terutama nitrat, dapat mencemari lingkungan alam dan mengganggu kehidupan manusia jika terbilas oleh air hujan dan mengalir dari lahan pertanian hingga ke perairan setempat dan air tanah. Jumlah pupuk anorganik yang masuk ke perairan cenderung sulit untuk dihitung dan diperkirakan dampaknya secara kuantitatif.

2. Sindrom bayi biru

Pembilasan pupuk nitrogen dari kawasan pertanian mampu mencemari air tanah. Penggunaan Amonium nitrat anorganik secara umum bersifat membahayakan air tanah karena tanaman lebih mudah menyerap ion amonium dibandingkan ion nitrat untuk mendapatkan nitrogen, sehingga ion nitrat yang berlebih tersebut akan terbilas dan mencemari air tanah. Kadar nitrat di atas 10 miligram per liter (10 ppm) pada air tanah mampu menyebabkan sindrom bayi biru.

3. Kontaminasi zat pengotor

Setiap pupuk anorganik berbahan dasar mineral dapat mengandung zat pengotor berupa fluorida dan logam berat seperti kadimumdan uranium tergantung dari di mana dan bagaimana bahan mineral ditambang. Bahan pengotor tersebut dapat dihilangkan, namun akan meningkatkan biaya produksi secara signifikan sehingga tidak dilakukan oleh sebagian besar industri pupuk. Senyawa pengotor ini dapat mempengaruhi kualitas tanah hingga meracuni tanaman.

4. Ketergantungan terhadap pupuk anorganik

Petani secara tidak sadar menjadi “kecanduan” pupuk anorganik karena penggunaan pupuk anorganik secara jangka panjang mematikan organisme tanah yang bermanfaat sehingga penyediaan nutrisi secara organik tidak akan secepat tanah biasa. Organisme tanah seperti mikoriza, fungi, dan berbagai bakteri mampu menguraikan senyawa organik. Ketidakseimbangan nutrisi tanah akibat pupuk anorganik mematikan sebagian besar organisme tanah dan menyebabkan peningkatan keasaman tanah.

5. Hilangnya unsur mikro

Berbagai pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro karena dibuat dalam bentuk murni. Unsur hara mikro ini dapat secara bertahap menghilang dari tanah karena diserap oleh tumbuhan. Hilangnya unsur mikro telah dikaitkan dengan studi turunnya kandungan mineral pada buah dan sayur yang dihasilkan suatu usaha tani. Di Australia, defisiensi sengtembaga,manganbesi, dan molibden menjadi pembatas jumlah hasil pertanian dan peternakan yang dihasilkan pada tahun 1940 sampai 1950an. Sejak kejadian ini, nutrisi hara mikro mulai ditambahkan pada produksi pupuk anorganik. Berbagai tanah di seluruh dunia yang kekurangan nutrisi seng terkait pula dengan defisiensi seng pada asupan nutrisi manusia yang hidup di sekitarnya.

6. Memar (burn) karena pupuk berlebih

Pemupukan berlebih dapat berakibat sama buruknya dengan kekurangan nutrisi. Gejala seperti fertilizer burn terjadi karena pupuk diberikan terlalu banyak, sehingga menyebabkan daun mengering hingga menyebabkan kematian tanaman. Tingkat gejala memar terkait dengan indeks kadar garam pada pupuk dan tanah.

7. Konsumsi energi tinggi

Di Amerika Serikat, 317 miliar kaki kubik gas alam dikonsumsi untuk memproduksi amonia setiap tahunnya. Secara keseluruhan di seluruh dunia, konsumsi gas alam untuk produksi amonia diperkirakan mencapai 5% dari total gas alam yang dikonsumsi, yang kurang lebih setara dengan 2% total kebutuhan energi dunia. Amonia diproduksi dengan memanfaatkan gas alam dalam jumlah besar dengan kebutuhan energi yang tinggi pula untuk meningkatkan tekanan dan temperatur dalam prosesnya. Biaya pembelian gas alam memakan biaya produksi amonia sebesar 90%. Peningkatan harga gas alam tidak terlepas dari peningkatan permintaan komoditas ini untuk memproduksi pupuk sehingga ikut meningkatkan harga pupuk.

8. Kontribusi terhadap perubahan iklim

Gas rumah kaca (GRK) berupa karbon dioksidametana, dan nitro oksida ketiganya dihasilkan dari industri pupuk, baik disengaja maupun tidak. Metana dan nitro oksida merupakan senyawa gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibandingkan gas karbon dioksida, dan dampak keduanya dapat disetarakan dengan karbon dioksida. Diperkirakan setiap kilogram amonium nitrat yang dihasilkan, dua kilogram GRK setara karbon dioksia dilepaskan oleh industri. Selain itu, pupuk nitrogen yang sudah terlarut ke dalam tanah mampu dilepaskan oleh bakteri menjadi nitro oksida melalui proses denitrifikasi. Semakin banyak nitrogen di dalam tanah yang tersedia, laju proses denitrifikasi menjadi lebih cepat sesuai dengan kesetimbangan kimia.

9. Dampak terhadap mikoriza

Tumbuhan tidak lagi bergantung pada mikoriza dalam pemecahan senyawa organik dan penyerapan nutrisi karena ketersediaan nutrisi lebih banyak didapatkan dari pupuk anorganik. Hubungan simbiosis ini dapat terlepas dan mempengaruhi ekosistem tanah secara keseluruhan.

10. Eutrofikasi

Pupuk secara umum mengandung senyawa yang mampu mempercepat pertumbuhan tumbuhan. Eutrofikasi adalah gejala peningkatan laju pertumbuhan tumbuhan air. Pupuk yang terbilas aliran air permukaan mampu diserap oleh tumbuhan air dan menyebabkan eutrofikasi. Hal ini membahayakan perairan karena ketika tumbuhan mati, proses dekomposisi oleh bakteri yang terjadi di bawah air mampu menyebabkan hilangnya oksigen dan menyebabkan kebinasaan ikan dan hewan air lainnya. Dan air mampu berubah menjadi keruh dan berwarna kehijauan (atau merah, coklat, kuning, tergantung jenis alga yang mengalami eutrofikasi di perairan). Sekitar setengah danau di Amerika Serikat kini bersifat eutrofik dan jumlah kawasan mati (dead zone) meningkat hingga ke pinggir pantai.

11. Peningkatan keasaman tanah

Pupuk organik dan anorganik yang kaya nitrogen dapat menyebabkan peningkatan keasaman tanah ketika diberikan. Keasaman tanah yang meningkat mampu mengikat beberapa senyawa nutrisi mikro sehingga menjadi tidak tersedia bagi tumbuhan untuk diserap. Pengapuran tanah dapat menurunkan tingkat keasaman tanah.

12. Pencemaran udara

Konsentrasi emisi metana dunia di dekat permukaan tanah dan di atmosfer tahun 2005. Perhatikan warna merah pada peta bagian atas menunjukan lokasi dengan emisi metana terbesar. Emisi metana dari lahan pertanian, terutama sawah penanaman padimeningkat dengan bertambahnya penerapan pupuk berbasis amonia. Emisi ini dapat berkontribusi secara signifikan pada perubahan iklim karena metana merupakan gas rumah kaca yang kuat. Selain metana, nitro oksida telah menjadi gas rumah kaca dengan kontribusi pemanasan global ketiga di dunia karena meningkatnya penggunaan pupuk berbasis nitrogen. Emisi gas metana dari pupuk mencakup :

  • Kotoran hewan dan urea melepaskan metana, nitro oksida, amonia, dan karbon dioksida pada jumlah yang bervariasi tergantung wujud dan kondisi lingkungna setempat.
  • Pupuk berbasis asam nitrat atau amonium bikarbonat melepas nitro oksida, amonia, dan karbon dioksida ke atmosfer sejak proses produksi hingga penerapannya ke atmosfer. Amoniamerupakan senyawa dengan titik didih yang rendah, sehingga mudah menguap segera setelah diberikan ke lahan pertanian akibat panas matahari.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PENGAPURAN

Kapur banyak mengandung unsure Ca maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan.                                                                                       Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar ph 6,ph 5-7.                                          Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah.

Manfaat Pengapuran

  1.  Menaikkan pH tanah
  2. Menambah unsur – unsur Ca dan Mg .
  3. Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo.
  4. Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
  5. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil- bintil akar

Pangapuran pada tanah masam

Tanah masam adalah tanah dengan Ph rendah karena kandungan ion H+ yang tinggi.Dalam tanah masam (lahan kering) banyak ditemukan ion Alyang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.Pada umumnya, pH tanah yang di kehendaki untuk pertumbuhan tanaman agar optimal adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0 karena pada kondisi pH netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan mikroorganisme dapat berkembang dengan maksimal.

Masalah Tanah Masam

Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari kandungan hara hingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam antara lain :

  1. Terakumulasinya ion H+pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
  2. Tingginya kandungan Al3+sehingga mearcun bagi tanaman.
  3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg
  4. Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+
  5. Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu, dan
  6. Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang tinggi pada ranah masam.

Untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya meningkat mendekati netral, maka di perlukan pengapuran. Besarnya pengapuran tergantung dari :

  1. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman. Setiap macam tanaman memerlukan pH yang relatif berbeda.
  2. Bentuk kapur dan kehalusaannya. Sehingga dipertimbangkan beberapa hal yang sangat penting, yaitu:                                                                                                                              (1). Jaminan kimia dari kapur yang bersangkutan.                                                              (2). Harga tiap ton yang diberikan pada tanah.                                                                      (3). Kecepatan bereaksi dengan tanah.                                                                                    (4). Kehalusan batu kapur.                                                                                                          (5). Penyimpanan, pendistribusian, penggunaan karung atau curahan.
  3. Jumlah kapur yang diberikan harus ditetapkan berdasarkan perkiraan yang tepat berapa kenaikan pH yang diinginkan, tekstur, struktur dan kandungan bahan organik tanah lapisan olah. Tekstur tanah yang semakin berat akan memerlukan jumlah kapur yang semakin banyak. Struktur tanah lapisan olah yang dibentuk dengan pengolahan tanah tidak selalu seragam bagi masing-masing jenis tanah, ha ini juga mempengaruhi jumlah kapur yang diberikan. Makin halus butiran agregat tanah, makin banyak kapur yang dibutuhkan. Demikian pula pH, tekstur dan struktur lapisan bawah tanah (subsoil), karena pH yang rendah atau lebih tinggi dari pH lapisan olah menjadi pertimbangan berapa jumlah kapur yang harus diberikan.
  4. Cara pemberian kapur. Biasanya pemberian kapur dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam bersamaan dengan pengolahan kedua (penghalusan agregat tanah) sehingga tercampur merata pada separuh permukaan tanah olah. Kecuali pada tanah padang rumput yang tidak dilakukan pengolahan tanah diberikan di permukaan tanah olah. Pemberian kapur dengan alat penebar mekanik bermotor atau traktor akan lebih efektif dan efisien pada lahan pertanian yang luas.
  5. Pengapuran harus disertai pemberian bahan organik tanah atau pengembalian sisa panen ke dalam tanah. Hal ini sangat penting untuk menghindari pemadatan tanah dan pencucian, serta meningkatkan efek pemupukan. Selain itu efek bahan organik terhadap pH tanah menyebabkan reaksi pertukaran ligand antara asam-asam organik dengan gugus hidroksil dari besi dan aluminium hidroksida yang membebaskan ion OH. Di samping itu, elekrton yang berasal dari dekomposisi bahan organik dapat menetralkan sejumlah muatan positif yang ada dalam sistem kolid sehingga pH tanag meningkat (Hue, 1992; Yu, 1989).

Sedangkan cara mengapur tanah masam itu sendiri ada beberapa tahap yang harus di lalui dengan susah payah, yaitu :

  1. Persiapkan kapur sesuai dosis yang telah di tentukan.
  2. Bersihkan lahan yang akan di kapur dari rumput atau tanaman pengganggu lainnya.
  3. Cangkul / bajak tanah secara keseluruhan.
  4. Bagi lahan dalam beberapa petak. Misalnya lahannya adalah satu hektar, maka bagi menjadi 40 petakan, yang berarti tiap petak akan mendapat jatah 1/40 dosis kapur yang di berikan.
  5. Petakan-petakan tersebut dapat di tandai dengan tali atau lainnya, tanda apa sajalah pokoknya yang mau mengapur bisa tahu, terserahlah seperti apa aku nggak perduli.
  6. Tebarkan kapur ke seluruh lahan sesuai rencana.

Pengapuran yang berlebihan menyebabkan beberapa hal yang merugikan, antara lain :

  1. Kekurangan besi, mangan, tembaga dan seng yang diperlukan dalam proses fisiologis tanaman.
  2.   Tersedianya fosfat dapat menjadi berkurang kembali karena terbentuknya kompleks kalsium fosfat tidak larut.
  3. Absorpsi fosfor oleh tanaman dan metabolisme tanaman terganggu.
  4. Pengambilan dan penggunaan boron dapat terhambat.
  5. Perubahan pH yang melonjak dapat merugikan terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dan ketersediaan unsur hara yang tidak seimbang.

Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam pengapuran tanah masam

Pengapuran pada tanah asam harus memperhatikan beberapa hal yang penting, yaitu :

a). Waktu pengapuran

Waktu pengapuran yang paling baik adalah pada saat penghujung musim kemarau, apabila hujan sedang giat-giatnya turun, maka sebaiknya pengapuran janganlah di lakukan.

b). Dosis kapur

Sebaiknya dosis yang di berikan jangan sampai over, karna bisa menyebabkan tanah menjadi basa, jika tanah basa maka harus di beri belerang, dan hal ini sungguh sangat merepotkan. Untuk tanah yang terlalu asam, di anjurkan untuk melakukan pengapuran secara bertahap, misalnya setelah pengapuran pertama berjalan 2-3 minggu kemudian tanah di kapur lagi.

Cara untuk menghitung kebutuhan kapur biasanya dengan mengkalibrasikan dengan kandungan Al-dd. Yaitu dengan cara :

Jika diketahui kebutuhan kapur = 1 x Al-dd artinya 1 me Ca/100g tanah untuk menetralkan 1 me Al/100 g tanah.

1 me Ca/100 gr tanah = Berat Atom Ca/Valensi x me Ca/100 g tanah

1 me Ca/100 gr tanah = 40/2 x 1 me Ca/100 g tanah

= 20 mg Ca/100 g tanah

= 200 mg Ca/1 kg tanah x 2 x 106

(asumsi kedalaman tanah 20 cm, BV = 1 gr/cm3)

= 400 kg Ca/ha

Bentuk-bentuk kapur

Bahan kapur untuk pertanian umumnya berupa kalsium karbonat,beberapa berupa kalsium magnesium karbonat,dan hanya sedikit yang berupa CaO.Dalam Ilmu kimia kapur adalah CaO,tetapi dalam bidang pertanian kapur umumnya berupa CaCO3.

Beberapa jenis bahan pengapur :

  1. Kapur Kalsit (CaCO3)

Terdiri dari batu kapur kalsit yang ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

  1. Kapur Dolomit

Terdiri dari batu kapur dolomit yang ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.

  1. Kapu Bakar,quick lime (CaO)

Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO.

  1. Kapur Hidrat, slaked lime

Mutu Kapur

Kapur terdiri dari beberapa jenis,yang masing-masing mempunyai susunan kimia yang berbeda.Mutu kapur pada umumnya didasarkan atas garansi kimia dan garansi fisik.

Ada beberapa cara untuk menyatakan mutu kapur secara kimia (garansi kimia) antara lain :

1.Kalsium karbonat ekivalen

Kadang disebut daya menetralkan dari kapur.Kapur yang terdiri dari kalsium karbonat murni mempunyai kalsium karbonat ekivalen 100 %.

2. Kalsium oksida ekivalen

Pengertian didasarkan pada anggapan bahwa kalsium oksida (CaO) murni mempunyai  CaO ekivalen 100%.Dengan menggunakan perhitungan-perhitungan seperti tersebut terdahulu,maka mutu jenis-jenis kapur yang lain dapat pula dinyatakan dengan CaO Ekivalen.

3. Kandungan oksida

Menunjukkan adanya banyak kandungan oksida (CaO, MgO)dalam kapur .Hal ini diperoleh dengan mengkonversikan kandungan Ca dan Mg.

4. Persentase unsur

Yaitu persentase dari unsur Ca dan Mg.Jika CaCO3 murni akan dinyatakan dengan kandungan unsur Ca.

Garansi fisik dari kapur terutama dinyatakan dari kehalusan (ukuran) butir-butir kapur makin halus makin cepat bereaksi didalam tanah.

Faktor-faktor yang menentukan banyaknya kapur yang diperlukan :

1.Ph tanah

2.Tekstur tanah

3.Kdar bahan organik tanah

4.Mutu kapur

5.Jenis tanaman

Menentukan Kebutuhan Kapur

  1. Metode SMP (Schoemaker, McLean, Dan Pratt)

Cara ini dilakukan dengan mengukur jumlah H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan dan yang larut dengan menggunakan larutan SMP buffer.

  1. Berdasar atas kadar-Al-dapat-ditukar tanah permukaan.

Berilah komentar anda !